Di era digital, portofolio bukan hanya pajangan visual, tapi juga representasi profesionalisme dan cara berpikir seorang desainer. Sayangnya, masih banyak desainer pemula yang menganggap portofolio cukup dengan mengumpulkan gambar hasil desain, tanpa penjelasan, tanpa konteks, tanpa cerita.
Padahal, portofolio yang baik bukan sekadar “menunjukkan karya”, tapi juga menyampaikan proses, solusi, dan nilai yang dibawa dari setiap proyek.
Portofolio adalah wajah profesional kalian di dunia kreatif. Baik saat melamar kerja, menawarkan jasa ke klien, atau membangun personal brand, portofolio adalah alat komunikasi visual yang mencerminkan:
1. Pilih Karya Terbaik, Bukan Terbanyak
Jangan merasa harus memuat semua karya. Tampilkan 5–7 proyek yang paling kuat secara visual dan konsep.
2. Ceritakan Konteks Proyek
Tulis penjelasan singkat:
3. Tampilkan Proses, Bukan Hanya Hasil Akhir
Klien atau HR sering ingin tahu bagaimana kalian berpikir.Sisipkan sketsa awal, wireframe, moodboard, atau revisi.
4. Gunakan Format Konsisten & Rapi
Tata letak yang bersih, tipografi yang mudah dibaca, dan urutan yang logis akan membantu audiens fokus memahami karya kalian.
5. Sisipkan Proyek Personal / Eksperimen
Ini menunjukkan inisiatif dan passion kalian dalam eksplorasi kreatif. Cocok bagi pemula yang belum banyak proyek klien.
Tips Tambahan:
Portofolio desain bukanlah sekadar galeri gambar, tapi alat komunikasi profesional yang menyampaikan siapa Anda sebagai kreator.
Dengan menampilkan proses, konteks, dan pemikiran di balik setiap karya, kalian tidak hanya dinilai sebagai “pembuat desain”, tapi sebagai pemecah masalah visual yang bernilai.